Categories
Infografis

[INFOGRAFIS] HUT Kota Sabang ke-55

Memperingati HUT Kota Sabang ke-55 pada tanggal 24 Juni 2020, yuk cek beberapa fakta menarik tentang Kota Sabang! 

Memperingati HUT Kota Sabang ke-55 pada tanggal 24 Juni 2020, yuk kita ulas beberapa fakta menarik dari Kota Sabang!

Sabang adalah kota yang terletak di Pulau Weh, pulau utama dan terbesar ini merupakan pintu gerbang di kawasan ujung barat Indonesia. Kota Sabang memiliki luas wilayah 156,3 kilometer persegi dengan puncak tertinggi 617 meter di atas permukaan air laut.

Karena terletak di Pulau Weh, banyak orang yang menyebut Kota Sabang sebagai Pulau Weh.

Dahulu, pada masa Kerajaan Aceh, wilayah Pulau Weh merupakan tempat pengusiran atau dipindahkan ”geupeuweh” bagi seseorang yang dikenakan hukuman berat dari kerajaan. Sebutan “geupeuweh” kemudian dilekatkan kepada nama pulau ini dan seiring dengan waktu, pelafalannya kemudian disingkat menjadi Weh dan diartikan sebagai pulau yang terpisah. Hal ini disebabkan karena pulau Weh dan daratan Aceh terpisahkan oleh Selat Benggala.

Sementara itu, kata “sabang” sendiri berasal dari bahasa Aceh yaitu “saban” yang berarti sama hak dan kedudukan dalam segala hal. Hal ini dikaitkan dengan keberadaan Sabang yang dulunya banyak didatangi pendatang dari luar untuk membuka kebun (seuneubôk) atau usaha lainnya.

Selain berbatasan langsung dengan 3 negara yaitu Malaysia, Thailand dan India, Sabang juga merupakan sebuah daerah yang sangat unik bagi Indonesia.

Kenapa? Karena di sini, kamu bisa menemukan tugu Nol Kilometer. 

Tugu dengan tinggi hingga 43 meter disebut sebagai destinasi paling ujung barat di Indonesia dan posisi geografisnya sudah diuji oleh BPPT, lho! Hal inilah yang menjadi cikal bakal istilah, “Dari Sabang sampai Merauke”!

Perairan di Sabang merupakan tempat bertemunya Samudera Hindia dan Selat Malaka. Saat ini Sabang menjelma menjadi destinasi wisata bahari Indonesia yang menawarkan surga bagi para penyelam. Anda dapat menikmati alam bawah lautnya dengan menyelam untuk menemukan ratusan spesies ikan dan kekayaan terumbu karang alami yang bukan ditanam atau budidaya.

Saat ini pun Sabang memperlengkapi atraksi wisatanya dengan penyelengaraan Sabang International Regatta. Pesona Sabang menawarkan keelokan garis pantai yang indah, air laut nan biru dan bersih serta pepohonan nan hijau. Akan tetapi, bukan wisata bahari saja dapat ditemukan di Sabang. Ada gunung, danau, pantai, laut, serta hutannya yang masih alami dan terjaga menunggu dikunjungi. Belum lagi interaksi Anda dengan masyarakat setempat akan memberikan pengalaman yang berkesan.

Sabang merupakan kota kecil yang indah dengan struktur tanah berbukit-bukit sehingga warga setempat menyebut kota Sabang dengan dua nama yaitu kota bawah dan kota atas.

Sabang terdiri dari lima pulau besar dan kecil, yakni Pulau Weh sebagai pulau terbesar, Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo.

Jumlah penduduknya sekitar 26.000 jiwa. Sabang terbagi ke dalam dua kecamatan dan 72 desa. Topografinya meliputi dataran rendah, tanah bergelombang, berbukit dan bergunung, serta batu-batuan di sepanjang pantai.

Terbayang kan betapa indahnya Kota Sabang?

Cek infografisnya disini!

Categories
Infografis

[INFOGRAFIS] HUT DKI Jakarta ke-493: Asal Usul Nama Jakarta

Penetapan HUT DKI Jakarta pada tanggal 22 Juni merupakan tanggal dimana Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa di tahun 1527. 

Di usianya yang ke-493, tau gak kalau nama Jakarta yang dikenal saat ini telah melewati perubahan hingga lebih dari 5 kali?

Semua itu berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada masa itu, lho! Yuk, kita lihat infografis di bawah ini!

  1. Sunda Kelapa
    Sebelum berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh-Pakuan (Sunda) di abad ke-12, kota ini lebih dikenal sebagai pelabuhan yang berada di bawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara. Nama kota ini disebut ‘Sunda Kelapa‘ atau pelabuhan ‘Kalapa’, yaitu nama yang lebih kuno berdasarkan catatan Portugis (1511). Saat itu orang Portugis pertama kali mengunjungi Kerajaan Galuh-Pakuan dan berdasarkan laporan yang disimpan di Torre de Tombo Lisabon, kota ini disebut dengan nama ‘Kalapa’. (Adolf Heukeun, 2001)
  2. Jayakarta
    Pada tahun 1527, semenjak pelabuhan Sunda Kelapa dikuasai oleh Fatahillah, nama Sunda Kelapa diubah menjadi ‘Jayakarta’. Setelah Fatahillah berhasil mengislamkan Banten, Jayakarta pun menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Banten.Sementara itu, hingga 1619, orang Barat yang singgah ke Indonesia menyebut kota ini dengan nama ‘Jacatra’. 
  3. Batavia
    Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen dengan membawa 1.000 pasukan menyerang Kerajaan Banten dan berhasil menaklukkan Jayakarta. Pada tahun 1621, atas kesepakatan De Heeren Zeventien (Dewan 17) dari VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), nama Jayakarta diubah menjadi Batavia. Tercatat sejarah, nama Batavia paling lama dikenakan hingga tiga abad lebih, yaitu 1619/1621 hingga 1942. .
  4. Djakarta Tokubetsu Shi
    Pada tahun 1942 nama Batavia di ubah menjadi ‘Djakarta’ sebagai akronim ‘Djajakarta’ oleh Pemerintah Jepang, sejalan dengan kebijakan de-Nederlandisasi. Menurut Lasmijah Hardi dalam ‘Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita’ (1987), pergantian nama itu bertepatan dengan perayaan Hari Perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942. Nama lengkap kota ini adalah Djakarta Tokubetsu Shi.
  5. Djakarta
    Pada tahun 191945, setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2 dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus, nama Jakarta tetap dipakai orang Indonesia tanpa nama Jepangnya.
  6. Jakarta
    Memasuki zaman Indonesia merdeka, Menteri Penerangan RIS (Republik Indonesia Serikat) saat itu, yaitu Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu, menegaskan bahwa sejak 30 Desember 1949 tak ada lagi sebutan Batavia bagi kota ini. Sejak saat itu, nama Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta.
    22 Juni 1956, nama Jakarta dikukuhkan oleh Wali Kota Jakarta, Sudiro, dengan berbagai perubahan status, mulai dari praja, Daerah Tingkat Satu, hingga yang terakhir Daerah Khusus Ibu Kota (DKI).
    Sumber: indonesia.go.id.
Cek promo-promo menarik dari Gramedia dan Santika di aplikasi MyValue, yuk! Klik disini.